Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2011

Wartawan dan Amplop

Sedikit pun tak ada kesamaan makna dalam kata wartawan dan Amplop. Keduanya memiliki makna tersendiri yakni wartawan secara umum bisa dimaknai dengan seorang yang melakukan kerja jurnalistik dengan menuliskan secara teratur sebuah peristiwa. Tentu saja untuk mendapatkan informasi tersebut harus melibatkan berbagai pihak, misalnya masyarakat sipil, politisi, aparat hukum, dan pihak lain yang mengetahui pokok peristiwa tersebut. Biasanya, mereka yang mengetahui secara spesifik peristiwa tersebut dijadikan sebagai narasumber. Sumber berita atau informasi dapat dipublikasi melalui media massa, seperti televisi, koran, radio, majalah, dan media lainya yang dapat diakses oleh masyarakat. Berbagai metode yang digunakan para buruh pulpen ini untuk mendapatkan berita. Misalnya dengan cara investigasi, mendatangi kantor-kantor, dan mengamati secara langsung peristiwa yang terjadi. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporan secara objektif dan tidak memiliki pandangan subjektif

Catatan Amnesti Internasional Terhadap Kekerasan FPI

Amnesti Minta Polisi Hentikan Aksi Kekerasan FPI MAKASSAR-Amnesti Internasional mencatat beberapa kasus kekerasan organisasi Islam Front Pembela Islam (FPI) di beberapa daerah di Indonesia. Dalam catatan ini Amnesti menegaskan pihak pengeak hukum (Polisi) harus bertindak cepat untuk menghentikan serangan terhadap kelompok minoritas Jemaat Ahmadiyah. “FPI ini organisasi radikal yang memanfaatkan simbol agama Islam. Gerakan ini mengancam kemanan masyarakat,” kata  Donna Guest, Deputi Direktur Asia-Pasifik, Amnesty International, melalui kiriman email kepada Tempo, Kamis (25/8). Menurut Donna,  serangan massa baru atas Ahmadiyah di tengah kontroversi hukuman, pihak berwenang Indonesia harus bertindak untuk menghentikan serangan terhadap minoritas Ahmadiyah di negara itu. Amnesty Internasional menilai, serangan terhadap markas Ahmadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan , baru-baru ini merupakan tindakan pelanggaran hukum berat dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). “Tindakan radikalism

Kasus Penembakan Warga Morowali

Kapolri dinilai Rekayasa Fakta Penembakan MAKASSAR—Andri Muhammad Sondeng, korban penembakan di wilayah kerja Joint Operating Body (JOB) Medco, kawasan Tiaka, Morowali, Sulawesi Tengah menyatakan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Timor Pradopo, telah merekayasa fakta peristiwa penembakan. “Tidak ada penyanderaan anggota polisi. Pernyataan Kapolri tentang adanya aksi penyanderaan kepada  polisi adalah jastifikasi sepihak dan itu bohong,” kata Andri, saat ditemui di Rumah Sakit Stela Maris, Rabu (24/8). Andri adalah salah satu korban yang ditembaki polisi dari delapan korban lainya. Dalam peristiwa ini polisi menembak mati dua orang warga setempat  yakni Marten 30 tahun dan Yurifin alias Ateng . Andri , yang juga komandan lapangan dalam aksi itu mengungkapkan,  ada dua aparat polisi yang naik dikapal yang ditumpangi massa aksi.  Ketika itu,  massa secara sponatias membakar genset milik perusahaan tersebut. “Setalah membakar genset kilang minyak itu, kami langsung menyelamatkan diri dari

Ketika Menunggu Waktu Sahur dengan Berjudi

Sama sekali tak ada rasa bersalah atau penyesalan yang tampak di raut wajah Rolly, ketika ditangkap polisi karena main judi. Bahkan, dihapan polisi sesekali ia tersenyum karena menganggap permainan ini hanya sebagai hiburan menunggu waktu sahur. "Sebenarnya ini bukan judi, tapi hanya hiburan," kata pria 60 tahun ini di kantor Polsek Panakukang, Sabtu Malam dua hari lalu. Rolly, ditangkap polisi bersama empat remaja tetangganya di Pos Ronda Angkasa IV, Kelurahan Panikang, Kecamatan Panakukang. Mereka masing-masing bernama Indra 17 tahun, Hamdan (21), Rusli (22), dan Aco (30). Setiap malamnya mereka bermain Yoker sambil menunggu waktu sahur. Agar tidak merasa jenuh, mereka pun bersepakat untuk memasang taruhan sebesar Rp 1000 rupiah, bagi yang menang. "Taruhan ini bukan karena ingin mengumpulkan uang, tapi hanya untuk menghilangkan rasa jenuh," ucapnya.

Tipu Muslihat Program SBY

Di ujung mic (alat pengeras suara), pidato Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, memaparkan sejumlah program pengentasan kemiskinan di negeri ini. Bait-bait yang diucapkanya membahana terdengar ditelinga rakyat diseluruh penjuru. Janji kesejahteraan memikat hati rakyat yang hidup dibawah kemiskinan. Pidato yang menggemah itu bagaikan mantera menyusuri jiwa-jiwa yang melarat bangun seketika. Semangat untuk melepaskan diri dari kehidupan yang memilkukan jadi harapan. Pidato itu disampaikan oleh SBY, panggilan akbran Susilo Bambang Yudhoyono, ketika dirinya terpilih kembali menjadi presdien untuk periode keduanya. Belum lagi hilang dari ingatan janji semu mensejahterakan rakyat, kini kembali digembar-gemborkan. Setiap kalimat yang menyebutkan akan mengatasi kemisikinan, disambut dengan tepuk tangan meriah oleh para pendukungnya di saeluruh pelosok nusantara ini. Baik yang menyaksikan secara langsung maupun melalui layar kaca televisi swasta yang menyirakan pidato itu, kegembiraan bersor

Tudingan Kapolda di Ujung Telpon

Ring...ring...ring...., tiga kali dering nada sambung pribadi telpon genggam Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Inspektur Jenderal Johny Wainal Usman. Halo Jenderal, maaf sebelumnya, terpaksa saya menelpon lagi. Kata saya, saat menghubungi Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Inspektur Jenderal Johny Wainal Usman, Rabu malam 3 Agustus lalu. Diujung telpon jenderal bintang dua ini menjawab sapaan saya dengan mengatakan, iya ada apa nih?, katanya, sambil tertawa. Saya pun tertawa ketika itu, sambil menyapaikan beberapa pertayaan berkaitan dengan dugaan ijazah palsu Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, yang tak kunjung usai. Pak Jenderal, dalam berita acara perkara (BAP) semua keterangan saksi berkesesuaian bahwa ijazah itu memang terdapat kejanggalan. Apa langkah anda?. Namun sebelum menjawab pertayaan itu, jenderal berkumis tebal ini kembali bertaya. Dengan siapa ini?. Saya wartawan Tempo Jenderal, kata saya lagi. Dia pun mengatakan, Apa? dari Mabes Polri? s