Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

BATE SALAPANG, BERSATUNYA PERSERIKATAN

-Perbedaan pendapat dua putra raja Gowa soal sejarah Jari-jemari yang sudah keriput itu membuka lembaran buku yang diambil dari lemari. Ia lalu menunjukkan isinya, yang bercerita tentang sejarah Kerajaan Gowa. "Inilah buku sejarah Kerajaan Gowa. Mitos kemunculan Raja Gowa pertama ada di buku ini," kata Abdul Razak Daeng Jarung Daengta Gallarang Tombolo, 67 tahun, salah satu dari anggota dewan adat Gowa, yang tergabung dalam Bate Salapang. Apa dan bagaimana Bate Salapang terbentuk tak lepas dari sejarah yang diceritakan dalam buku-buku berjudul Syair Perang Makassar di Zaman Kerajaan, sejarah tentang Kerajaan Gowa/Makassar, Makassar Abad XIX, dan buku Masyarakat Adat Gowa, yang ditunjukkan Razak pekan lalu di kediamannya.

Pantopuloa, Pasukan Pemberani

Pasukan khusus pada zaman pemerintahan Sultan Hasanuddin ini bertugas dalam perang dan penyambutan tamu raja.Ke-30 pemuda dalam balutan pakaian adat Go wa itu tampak berbaris rapi seperti tentara. Mereka mengenakan baju berwarna merah, celana hitam selutut, dan sarung bermotif kotak-kotak khas Bugis-Makassar. Di kepala mereka terpasang kain berbentuk segitiga, seperti yang dikenakan Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16 yang berkuasa pada abad ke-16.

Kelompok Kerukunan Sulawesi Selatan Damaikan Rusuh di Tarakan

Rabu, 29 September 2010 | 13:55 WIB Besar Kecil Normal   Kumpulan massa di Mesjid Al-Ma'rif. TEMPO/Dinimawuntyas Berita terkait Presiden: Jangan Sampai Tarakan Seperti Sampit   Empat Korban Jatuh di Depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Perbankan Tutup, Ekonomi Tarakan Dikuatirkan Lumpuh   Rusuh, Jalan Ampera Ditutup   Presiden Minta Aparat Tangani Situasi Tarakan   TEMPO Interaktif , Makassar - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), Ince Rivai yang dihubungi melalui telepon mengatakan pihaknya sudah melakukan beberapa langkah untuk mendamaikan bentrokan di Tarakan, Kalimantan Timur. Dia mengaku KSSS bersama berbagai pihak akan mempertemuakan tokoh masyarakat yang bertikai di Tarakan. Berdasarkan petunjuk Wakil Kepala Polri, kata dia, pengurus KKSS Pusat Muhlis Patana, berangkat ke Tarakan bersama den

Pengamat: Sudah Cukup NU Bermain Politik Praktis

Aktivis perempuan dan juga pengamat NU, Lies Marcoes, melihat muktamar organisasi warga nahdliyin di Makassar tidak ada bedanya dengan pemilihan kepala daerah. Lokasinya yang bernuansa hiruk-pikuk karena bukan di pesantren, juga merebak isu politik uang. "Tradisi NU yang selama ini lebih mengedepankan persaudaraan dan diskusi keislaman sudah tidak menonjol lagi. Ini akibat dari nasib NU yang dikuasai kelompok konservatif," ujar Lies kepada Tempo di arena Muktamar NU ke-32 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sabtu (27/3). Ia mencontohkan produk muktamar yang masih diselimuti pemikiran konservatif, yaitu tetap membolehkan pernikahan usia dini. Dalam Komisi Agama (Bahtsul Masail Diniyah, Waqiiyah, dan Qonuniyah, memang menghalal pernikahan dini lantaran tidak ada dalil Al Quran maupun hadis yang melarangnya.