Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

"Maaf Lahir Batin" Asrun Dalam Sebuah Dilema

Ia nyaris saja menenggelamkan kota. Belakangan ini bencana banjir mengepung kota Kendari dari segala penjuru. Entah ini menjadi sebuah ritual saban tahun oleh sang Walikota atau menyangkut mental kepimimpinan yang tak visioner?. Memang bencana banjir akhir-akhir ini melanda beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara (Sultra). Tapi diantara daerah-daerah itu, Kendari lah juaranya dan menarik untuk dibahas.

Dia Datang Lagi Mengobral Janji

Dia kembali datang mengobral janji perubahan. Seorang politisi yang mendapatkan predikat seniman politik dan licik oleh orang-orang kebanyakan saat ia menahkodai Muna selama dua dekade. Ia cukup berprestasi saat itu. Muna di masanya selangkah lebih maju dari pemerintahan sebelumnya. Penataan dan perluasan kota mulai nampak setelah ia menimbun laut dengan beberapa ruas jalan diatasnya. Tidak hanya itu ia juga membangun Mesjid dengan gaya arsitek megah diatas daratan bekas laut itu.

Rajiun Sang Pelopor Mencapai Puncak

Ketegangan itu telah berlalu. Dalam prosesnya kita belajar banyak hal tentang perbedaan. Tentang pilihan-pilihan, tentang cinta dan kasi sayang ; dan kita memilihnya. Karena dia, kita merelakan segalanya apa yang kita punya, yang mereka punya-mungkin tak lagi mempertimbangkan resikonya. Saya puas, kita puas, mereka puas selama melakoni perjuangan sang "PELOPOR" perjuangan rakyat dengan penuh nurani meski lembaran rupiah itu nyaris saja membunuh logika rakyat. Tapi, cinta itu terlanjur melebur dalam nadi hingga tak lagi bisa menghempas sang "PELOPOR" untuk mengukuhkan dirinya sebagai Pemimpin devenitif di Muna Barat. "Akuiko" begitu seruan khalayak mewakili kehebatanya. Tentu juga sang peracik strategi pengelolaan isu dari RAJIUN CENTRE (RC) khususnya Odet Buyung yang fenomenal. Tidak elok rasanya jika saya tidak menyebut L.D. Sariba, L.Musafir, Anton Eti, L.D. Agus Salim, Olsis dan beberapa tim  RC yang juga bagian dari kesusesan Sang PELOPOR melaju di

Mereka Yang Tua Itu Datang Lagi

Mereka tak benar-benar lelah. Kendati sedang memainkan lakon di beberapa panggung, tapi hasrat itu tak lekang oleh waktu meski usia hampir mencapai puncak. Entah saya harus memulainya dari mana untuk menyebut nama-nama itu yang kini mulai menghiasi di setiap sudut maupun dinding di kota-kota itu. Mungkin juga bergentayangan di setiap pelosok yang tak berdinamika. Panggung demokrasi sepertinya memacu adrenalin mereka hingga gelap mata untuk tetap meraih ambisi kekuasaan dalam kontestasi pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara 2018. Mereka yang sudah berada diambang senja itu adalah Lukman Abunawas, Ridwan Bae, Ali Masi, Hugua, Sjafei Kahar. Sangat elok rasanya jika saya menyebut mereka telah menurunkan firman kebaikan saat mereka masih muda dulu. Mereka para pesohor yang memimpin daerahnya selama dua periode. Ada banyak prestasi yang telah ditorehkan, tapi tidak sedikit juga kemunafikan yang dibingkai dalam konspirasi politik yang menghianati hak rakyat di daerahnya masing-masing. Sebu

Menguak Kebenaran Melalui Jurnalisme Sastrawi

Di ujung pena ini, kebenaran itu akan terkuak dengan gamblang. Karena di setiap goresan itu akan mengungkap makna yang sebenarnya; tidak hanya sekedar mendikte mereka yang telah bertutur tapi kita melihat suatu peristiwa itu dalam sudut pandang yang berbeda. Inilah tugas berat Jurnalis yang tidak sekedar menyajikan informasi atas suatu peristiwa melainkan ia bertindak sebagai yang mungkin Dewa dalam mengungkap kemunafikan di ruang sosial. Ada sejumlah peristiwa bahkan fenomena yang tak lazim  di Negeri ini yang dampaknya tidak main-main. Sebagian mengancam jiwa dan lebihnya menelan jiwa.

"Mai Te Wuna" Pudar Diambang Pilgub

Mai Te Wuna, kata ini seketika membuat masyarakat Muna terkesima. Ini tentang gagasan yang lahir dari seorang La Ode Muhammad Rusman Emba, yang diyakini bahwa Muna akan segera bangkit dari peradaban yang terpuruk selama ini. Mai Te Wuna adalah jargon yang digagas oleh Rusman Emba setelah dilantik sebagai Bupati Muna periode 2016-20120. Tidak main-main, Jargon ini seperti mantra yang membungkam setiap orang yang meragukan visi kepemimpiannya. Ia memulainya dengan visi Pariwisata dan kebudayaan untuk menjadikan Muna sebagai daerah maju dan sejahtera. Demikian makna Mai Te Wuna yang membuat masyarakat membungkukan kepala sebagai tanda hormat dan setuju. Muna salah satu negeri tua di Sulawesi Tenggara, yang memiliki nilai hitori (Sejarah) sendiri. Daerah yang dihuni oleh masyarakat yang mayoritas pencaharianya petani ini memiliki kultur budaya yang kuat. Namun kini, nilai-nilai kebudayaan itu kian memudar terkikis oleh peradaban modern. Dahulu, di era kerajaan menganggap adat dan buday