foto/int
Ini sebuah catatan yang mungkin akan selalu di kenang selama Bumi ini masih berputar. Agustus 2017 pentas olahraga bergengsi se Asia Tenggara itu di gelar dengan tuan rumah jatuh pada negeri tetangga Malaysia. Dalam buku cenderamata pada ajang olahraga SEA Games Kuala Lumpur itu, merah putih di pasang terbalik jadi Putih Merah. Adalah sebuah peristiwa yang tercatat dalam dokumen negeri melayu itu sepanjang masa dan tentu menjadi sebuah catatan sejarah yang akan selalu di baca oleh generasi berikutnya.
Merah Putih bukan sekedar warna yang menghiasi selembar kain. Melainkan, sebuah warna yang menjadi identitas, roh dan nyawa Republik ini (Indonesia). Darah dan nyawa para pejuang yang di represi oleh penjajah bangsa kolonial tak dapat lagi dihitung jumlahnya demi Merah Putih. Hingga tiba saatnya, kegigihan para patriot itu menjadikan Agustus sebagai bulan di mana Merah Putih berkibar laksana berlian suci yang tak terbatas nilainya. Entah mengapa merah putih tiba-tiba di pasang terbalik dan menjadi tontonan jutaan pasang mata dalam ajang Sea Games Malaysia itu. Peristiwa ini segera mengundang kontroversi yang heboh dan di kecam oleh rakyat Indonesia.
Negeri Jiran itu berulah lagi di mana sebelumnya juga mengklaim angklung dan batik warisan kebudayaan yang menjadi miliknya. Tidak cukup sampai di situ, Negara yang masih serumpun dengan Indonesia ini juga mengklaim Blok Ambalat sebagai miliknya. Bendera Indonesia yang di pasang terbalik mempertegas bahwa Merah Putih dihina oleh negeri tetangga untuk ke sekian kalinya. Meskipun Menteri Belia dan Sukan Malaysia, Khairy Jamaluddin telah menyampaikan permintaan maaf atas kesilapan itu, tidak berarti hinaan ini berakhir sampai di sini. Sebab, peristiwa ini menyangkut kewibawaan, kedaulatan yang terhina dan terinjak-injak oleh negeri yang penduduknya tidak lebih dari seper dua penduduk Indonesia itu.
Sudah cukup Republik ini bersabar. Presiden Jokowi harus mengambil tindakan tegas demi mengembalikan kewibawaan Negara yang terhina. Menjaga kedaulatan Negara tidak cukup hanya dengan mengirim surat "Protes" melainkan langkah kongkrit untuk menghentikan kesombongan Negara kecil itu. Abdul Muthalib, sang pemimpin Makkah dengan gagahnya mendatangi Abrahah, Raja Bangsa Habasyah, meminta agar Abrahah dan pasukannya tidak memerangi Ka'bah dan penggembala Onta. Namun sang Raja Abrahah dalam sepenggal kisahnya di kenal sebagai pemimpin bangsa yang sombong berujar " Aku ingin sekarang meninggalkan sesembahmu (Abdul Muthalib) dan tunduk kepadaku. Jika engkau menolak, maka aku akan menghancurkan rumah sucimu itu dan rumah-rumah kalian semua.
Malaysia dalam catatan kisah yang seolah-olah sebagai bangsa super power ini memiliki kesamaan dengan Kesombongan Bangsa Habasyah yang di pimpin oleh Raja Abrahah. Raja Abrahah dan pasukannya jatuh satu per satu dari punggung Gajah lalu tewas satu satu. Mereka di serang oleh gerombolan burung hitam yang berjumlah hingga miliaran ekor secara tiba-tiba sebelum mereka memasuki wilayah Makkah. Kisah ini amat penting untuk di ketahui oleh Malaysia sebagai peringatan untuk mengakhiri kesombongannya. Presiden Jokowi sebagai pemimpin Republik yang memiliki 261 juta jiwa ini segera memberi ultimatum terakhir kepada Malaysia yang hanya berjumlah 31 juta jiwa itu sebelum azab tiba, sebagaimana kisah Bangsa Abasyah. Jolowi bisa saja memerintahkan untuk perang, tapi sebagai bangsa kuat dan bijaksana, langkah tegas yang harus diambil oleh sang Presiden adalah meminta Pemimpin pemerintah Malaysia untuk mencium Bendera Merah Putih secara terbuka melalui media sebagai bentuk permohonan maaf atas kesombongan mereka.
Kesombongan negeri tetangga itu ibaratnya lebih besar pasang daripada tiang. Biar terlihat seolah-olah negara tangguh, pemerintahnya bertindak di luar nalar yang menghina logika mereka sendiri. Indonesia dan Malaysia sebetulnya bukan lawan tanding yang sepadan jika dibandingkan secara kompherensif. Berikut ini perbandingan yang memalukan antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan data Global Fire Power. Dari segi kemiliteran, Indonesia berada di peringkat 14 dunia dengan jumlah tentara sebanyak 476 aktif, semenyara Malaysia berada di posisi 34 dunia dengan jumlah tentara 110 saja. Selain itu, Indonesia mengoleksi sekitar 468 tank, sedangkan Malaysia hanya 74 buah saja. Indonesia juga unggul kendaraan peluncur roket yaitu sebanyak 86 buah, sedangkan Malaysia hanya 54 buah.
Untuk alutsista udara, ndonesia memiliki lebih dari 400 buah alutsista udara, sedangkan Malaysia hanya sekitar 220an buah saja. Kekuatan pertahanan laut, Indonesia Frigates, kapal perang sebanyak 6 buah sedangkan Malaysia hanya dua saja. Jumlah Corvette Indonesia sebanyak 10 buah sedangkan Malaysia hanya 6 saja. Dan yang paling jauh berbeda adalah jumlah kapal penjaga pesisir di mana Indonesia memiliki 66 sementara Malaysia hanya 41 saja. Lalu, dari sudut pandang mana Malaysia berlagak sombong seolah Negara Super Power?. Berdasarkan info grafis kekuatan dua negara ini, sebenarnya Indonesia bisa saja segera memberi pelajaran kepada negeri Melayu itu. Tapi, Republik ini masih memberi kesempatan agar mereka segera sadar bahwa Negara mereka terlalu kecil untuk dijadikan lawan tanding. Mental Malaysia ini besar karena sokongan dari Negara lain yang belum tentu membuat Indonesia ciut.
foto/humas/jay
"Sebab, kesombongan itu akan segera hamcur lebur tanpa hunusan pedang dan gencatan senjata,"
Ini sebuah catatan yang mungkin akan selalu di kenang selama Bumi ini masih berputar. Agustus 2017 pentas olahraga bergengsi se Asia Tenggara itu di gelar dengan tuan rumah jatuh pada negeri tetangga Malaysia. Dalam buku cenderamata pada ajang olahraga SEA Games Kuala Lumpur itu, merah putih di pasang terbalik jadi Putih Merah. Adalah sebuah peristiwa yang tercatat dalam dokumen negeri melayu itu sepanjang masa dan tentu menjadi sebuah catatan sejarah yang akan selalu di baca oleh generasi berikutnya.
Merah Putih bukan sekedar warna yang menghiasi selembar kain. Melainkan, sebuah warna yang menjadi identitas, roh dan nyawa Republik ini (Indonesia). Darah dan nyawa para pejuang yang di represi oleh penjajah bangsa kolonial tak dapat lagi dihitung jumlahnya demi Merah Putih. Hingga tiba saatnya, kegigihan para patriot itu menjadikan Agustus sebagai bulan di mana Merah Putih berkibar laksana berlian suci yang tak terbatas nilainya. Entah mengapa merah putih tiba-tiba di pasang terbalik dan menjadi tontonan jutaan pasang mata dalam ajang Sea Games Malaysia itu. Peristiwa ini segera mengundang kontroversi yang heboh dan di kecam oleh rakyat Indonesia.
Negeri Jiran itu berulah lagi di mana sebelumnya juga mengklaim angklung dan batik warisan kebudayaan yang menjadi miliknya. Tidak cukup sampai di situ, Negara yang masih serumpun dengan Indonesia ini juga mengklaim Blok Ambalat sebagai miliknya. Bendera Indonesia yang di pasang terbalik mempertegas bahwa Merah Putih dihina oleh negeri tetangga untuk ke sekian kalinya. Meskipun Menteri Belia dan Sukan Malaysia, Khairy Jamaluddin telah menyampaikan permintaan maaf atas kesilapan itu, tidak berarti hinaan ini berakhir sampai di sini. Sebab, peristiwa ini menyangkut kewibawaan, kedaulatan yang terhina dan terinjak-injak oleh negeri yang penduduknya tidak lebih dari seper dua penduduk Indonesia itu.
Sudah cukup Republik ini bersabar. Presiden Jokowi harus mengambil tindakan tegas demi mengembalikan kewibawaan Negara yang terhina. Menjaga kedaulatan Negara tidak cukup hanya dengan mengirim surat "Protes" melainkan langkah kongkrit untuk menghentikan kesombongan Negara kecil itu. Abdul Muthalib, sang pemimpin Makkah dengan gagahnya mendatangi Abrahah, Raja Bangsa Habasyah, meminta agar Abrahah dan pasukannya tidak memerangi Ka'bah dan penggembala Onta. Namun sang Raja Abrahah dalam sepenggal kisahnya di kenal sebagai pemimpin bangsa yang sombong berujar " Aku ingin sekarang meninggalkan sesembahmu (Abdul Muthalib) dan tunduk kepadaku. Jika engkau menolak, maka aku akan menghancurkan rumah sucimu itu dan rumah-rumah kalian semua.
Malaysia dalam catatan kisah yang seolah-olah sebagai bangsa super power ini memiliki kesamaan dengan Kesombongan Bangsa Habasyah yang di pimpin oleh Raja Abrahah. Raja Abrahah dan pasukannya jatuh satu per satu dari punggung Gajah lalu tewas satu satu. Mereka di serang oleh gerombolan burung hitam yang berjumlah hingga miliaran ekor secara tiba-tiba sebelum mereka memasuki wilayah Makkah. Kisah ini amat penting untuk di ketahui oleh Malaysia sebagai peringatan untuk mengakhiri kesombongannya. Presiden Jokowi sebagai pemimpin Republik yang memiliki 261 juta jiwa ini segera memberi ultimatum terakhir kepada Malaysia yang hanya berjumlah 31 juta jiwa itu sebelum azab tiba, sebagaimana kisah Bangsa Abasyah. Jolowi bisa saja memerintahkan untuk perang, tapi sebagai bangsa kuat dan bijaksana, langkah tegas yang harus diambil oleh sang Presiden adalah meminta Pemimpin pemerintah Malaysia untuk mencium Bendera Merah Putih secara terbuka melalui media sebagai bentuk permohonan maaf atas kesombongan mereka.
Kesombongan negeri tetangga itu ibaratnya lebih besar pasang daripada tiang. Biar terlihat seolah-olah negara tangguh, pemerintahnya bertindak di luar nalar yang menghina logika mereka sendiri. Indonesia dan Malaysia sebetulnya bukan lawan tanding yang sepadan jika dibandingkan secara kompherensif. Berikut ini perbandingan yang memalukan antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan data Global Fire Power. Dari segi kemiliteran, Indonesia berada di peringkat 14 dunia dengan jumlah tentara sebanyak 476 aktif, semenyara Malaysia berada di posisi 34 dunia dengan jumlah tentara 110 saja. Selain itu, Indonesia mengoleksi sekitar 468 tank, sedangkan Malaysia hanya 74 buah saja. Indonesia juga unggul kendaraan peluncur roket yaitu sebanyak 86 buah, sedangkan Malaysia hanya 54 buah.
Untuk alutsista udara, ndonesia memiliki lebih dari 400 buah alutsista udara, sedangkan Malaysia hanya sekitar 220an buah saja. Kekuatan pertahanan laut, Indonesia Frigates, kapal perang sebanyak 6 buah sedangkan Malaysia hanya dua saja. Jumlah Corvette Indonesia sebanyak 10 buah sedangkan Malaysia hanya 6 saja. Dan yang paling jauh berbeda adalah jumlah kapal penjaga pesisir di mana Indonesia memiliki 66 sementara Malaysia hanya 41 saja. Lalu, dari sudut pandang mana Malaysia berlagak sombong seolah Negara Super Power?. Berdasarkan info grafis kekuatan dua negara ini, sebenarnya Indonesia bisa saja segera memberi pelajaran kepada negeri Melayu itu. Tapi, Republik ini masih memberi kesempatan agar mereka segera sadar bahwa Negara mereka terlalu kecil untuk dijadikan lawan tanding. Mental Malaysia ini besar karena sokongan dari Negara lain yang belum tentu membuat Indonesia ciut.
foto/humas/jay
"Sebab, kesombongan itu akan segera hamcur lebur tanpa hunusan pedang dan gencatan senjata,"
Comments