Skip to main content

Candaan Terakhir Kapolrestabes


Para kerabat yang hadir dalam acara resepsi pernikahan anak dari salah satu pejabat polda Sulawesi Selatan-Barat tersebut, tidak menyangka candaan dan tawa Komisaris Besar Muhammad Nur Syamsu, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar ini merupakan yang terakhir kalinya. Candaan yang diperlihatkan kepada beberapa pejabat kepolisian maupun bahwannya tidak sama sekali terjadi keanehan. "Tadi malam beliau datang menyalamiku. Karena beliau melihat saya sendiri, dia pun mencandai saya dengan  bertanya, mana istri kamu?. Saya jawab, istri sedang sakit. Ah jalan tidak ditemani istri, beliau sambil tertawa," ucap Himawan Sugeha, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polrestabes Makassar.


Di dampingi istrinya Esther Folla, malam itu almarhum lebih ceria dan banyak bercanda dengan beberapa kerabatnya. Acara pesta penikahan yang di mulai sekitar pukul 21.00 ini, hingga pulang ke rumah almarhum masih terlihat seperti hari biasanya. Mengajak rekanya cerita, bercanda dan tertawa, seperti yang diperlihatkan semalam. Saat bercanda dengan beberapa orang di pesta tersebut, juga tidak ucapan yang bernada keluhan. Kata Sugeha, tadi malam, beliau sehat-sehat aja. Kerabat yang dijumpainya dalam pesta itu semua disalami.

Tak ada sedikit pun firasat yang menjadi isyarat bahwa cadaan itu merupakan candaan yang terakhir kalinya untuk dilihat. Dari segi fisik, tutur kata, dan tingkah, sungguh tidak memberi atau memeperlihatkan adanya tanda-tanda buruk. Jika sikap bercandanya yang menjadi isyarat berpulangnya ke Rahmatullah, beliau pada dasarnya orangya humoris, santai, tapi tegas. "Baru saja saya melihatnya tertawa, bercanda, tapi kini sudah tiada lagi. Seperti tidak percaya kalau beliau benar meninggal dunia."

Beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh almarhum sulit untuk dijadikan sebagai isyarat tentang kematianya. Selain mencandai kerabatnya, Jumat malam lalu juga mengumpulkan seluruh yuniornya lulusan akademi kepolisian di Restoran Hade, yang terletak di Jalan Sulatan Hasanuddin. Dalam acara ngumpul dan makan itu, almarhum membawakan sebuah lagu yang berjudul "Jangan ingat masa lalu, lupakan masa lalu, tataplah ke depan sayangku". "Nyanyian itu hanya sekedar menghubur adik-adik yuniornya." 

Sosok seperti alamarhum ini merupakan pemimpin yang sulit dilupa. Karena beliau menganggap bawahanya sama seperti sahabat. Kebiasaan humorinya tidak hanya dilakukanya di luar kantor, tapi kadang-kadang juga di dalam kantor. Meskipun suka humor, tapi dalam melaksanakan tugas sangat tegas dan bertanggung jawab. Beberapa orang bawahanya misalnya Kepala Satua Lalulintas, Polrestabes Makassar Ajun Komisaris Besar Muhammad Hidayat, mengaku  sangat dekat dengan alamrhum.

Sikap serupa juga terjadi kepada wartawan Tempo yang mewawancarainya melalui sambungan telpon tadi malam sekitar pukul 19.00. Dalam pembicaraan itu, meminta penjelasan soal perkembangan kasus jual beli senjata api yang ditangkap Sabtu lalu, di Polsek Tamalanrea. Namun wawancara melalui telpon kali ini sungguh berbeda dengan wawancara pada hari-hari sebelumnya. Usai mendengarkan pertanyaan dari wartawan yang mewawancarinya, ia pun menjawab dengan lembut dan seolah ada jawaban yang rada bercanda. "Soal kasusu jual beli senjata itu, bukan urusan wartawan, biarkan polisi yang urus," kata almarhum.

Meskipun waktunya singkat, jawaban itu disampaikan dengan suara tidak keras. Jawaban lembut ini merupakan pertama kalinya yang disampaikan kepada wartawan bersangkutan. Hal ini tidak seperti biasanya bahwa ketika ditelpon untuk konfirmasi, alamarhum kadang-kadang memberikan jawaban dengan nada keras seperti orang marah. Tapi dibalik suaranya yang keras tidak berarti sedang marah kepada wartawan, tapi saat menjelaskan suaranya cukup keras.

Empat jam sepulang dari pesta pernikahan tersebut, Nur Syamsu, meninggal karena diduga menderita penyakit Asma dan serangan Jantung. Almarhum menghembus nafas terakhirnya di ruangan IRD Rumah Sakit Academis di jalan Bulusaraung, sekitar pukul 02.45. Dia sempat dibawa di Rumah Sakit Catrhina Booth di Arif Rate. Karena penyakit asmanya parah, dia kemudian dirujuk ke RS Academis.

Anak pertama almarhum Pretty Clarisa mengatakan, selama ini ayahnya tidak pernah menceritakan penyakit yang dideritanya. Penyakit Jantung dan Asma yang diduga sebagai penyebab meninggalnya sang ayah, tidak pernah diberitahukan soal penyakit itu."Ayah tidak pernah mengeluh sakit jantung dan Asma. Ayah sehat-sehat saja kok semalam," kata Pretty.

Ketika baru saja pulang dari hotel Clarion, tempat berlangsungnya resepsi pernikahan itu, kata Pretty, ayah mengalami sesak nafas. Sekitar pukul 02 dini hari, ayahnya dilarikan ke rumah sakit, namun dokter tidak sempat menolong mantan Kapolsek Kediri itu. "Pertama kalinya saya lihat ayah sesat nafas, tidak cukup 15 menit ayah di rumah sakit, sudah meninggal," ucap Pretty dengan nada sedih.

Minggu pagi  sekitar pukul 08. 02, Jenazah Nur Syamsu, dibawah ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, untuk diterbangkan ke Surabaya, kampung halaman almarhum. Jenazah akan diterbangkan dengan dua pesawat yakni Lion Air dan Garuda, pada pukul 09 nanti. Almarhum meninggalkan seorang istri Esther Folla, dan tiga anak. Ia menutup usianya pada umur 48 tahun dengan jabatan terakhir Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar. Sebelum menjabat Kapolrestabes makassar, pernah menjadi analis madya trans national crime coordination bareskrim Polri. Kasat Tipikor Ditreskrim Polda Jawa Timur, Kapolres Kediri.

SAHRUL

Comments

Popular posts from this blog

Seharusnya "Kopi" Jadi Simbol Perlawanan

Di sebuah kedai kopi petang itu. Suasana begitu riuh  tatkala pengujung di salah satu deretan meja kedai itu tertawa lepas setelah berujar. Mungkin mereka sedang berbagi pengalaman, entalah: yang pasti mereka sekelompok orang dengan perawakan mapan dan kekinian tampak bahagia dengan segelas kopi. Ada canda, ada tawa, ada pula diskusi, mungkin  juga mereka sedang membicarakan bisnis. Kedai Kopi, kini jadi salah satu pilihan untuk nongkrong-menghabiskan waktu dan uang bahkan tempat para pembual.

Suku Betawi Yang Tersingkir dari Ibu Kota

Jakarta, lebih dekat dengan suku Betawi, karena mereka mengkalim dirinya sebagai suku asli. Sekitar pukul 07 pagi, saya bertemu dengan salah seorang tukang ojek yang mangkal di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tidak jauh dari kantor TEMPO. Mansyur, nama tukang ojek ini dan mengaku orang Betawi tulen. Pagi itu, saya ditugaskan untuk meliput acara Menteri Kelautan dan Perikanan, oleh Redaktur Ekonomi dan Bisnis, harian TEMPO. Karena saya baru di Jakarta, tentu saya bingung dimana alamat kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut.

Kolema, Holiwood Bau-Bau

Jika anda belum pernah melihat langsung Landamark Holliwood di Los Angeles, Amerika Seri, anda tak perlau jauh-jauh ke sana. Sebab, Landamark bergengsi dunia itu, anda bisa temui di Kota Baubau. Tulisan Baubau, yang memanjang di atas Bukit Kolema, benar-benar menyerupai tulisan Holliwood di Los Angeles-Amerika. Bukit Kolema terletak sekitar lima kilo meter arah Timur kota Bauabu dengan ketinggian sekitar  lebih dari  seratisan meter dari permukaan laut. Di puncak bukit itu dibangun pelataran gantung  (taman) dan satu tembok bertuliskan ”Baubau” sepanjang 30 meter dan tinggi 15 meter. Tulisan Baubau, terlihat jelas dari kejauhan, khusnya dilihat ketika anda berada di tengah laut. Dengan letak yang menghadap ke barat seakan menyambut kedatangan anda di kota Baubau yang semerbak Dahulu, taman gantung bukit Kolema hanya dikenal hanya beruap jurang yang curam dan ditumbuhi semak belukar, serta terkenal angker. Di lokasi ini juga sering terjadi kecelakaan yang diduga disebab