Skip to main content

"KITA" Lawan Karena Dia Merencanakan Dinasti


Asrun, sukses mengakhiri masa jabatannya sebagai Wali Kota Kendari dua (2) Periode. Ia berakhir dengan beragam cibiran ada juga yang menyanjung hingga pro dan kontra ihwal keberhasilannya menahkodai Kota Kendari 10 tahun. Tapi, begitulah konsekuensi menjadi pejabat publik yang seyogianya lapang dada menerimanya. Sebab menjadi pemimpin itu adalah sasaran para kritikus yang memiliki niat baik untuk mencegah pemimpinya dari prilaku mungkar. Kira-kira begitu yang dialami Asrun akhir-akhir ini yang dianggap gagal memimpin Kota Kendari selama dua periode.

Opini ini bukan tanpa dasar mengisi ruang publik; sosial media hingga menjadi trending topik dalam diskusi menarik di grup facebook dan Kedai Kopi. Poin penting yang dianggap gagal memimpin Kota Kendari dua periode adalah bobroknya perencanaan tata ruang kota yang mengakibatkan Kota Kendari menjadi langganan bencana banjir setiap kali musim penghujan. Ia juga dianggap gagal meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berakibat pada rendahnya pendapatan perkapita masyarakat. Lalu apa prestasinya selama dua periode menjadi Wali Kota Kendari???

Pembaca yang budiman. Kurang elok rasanya jika kita hanya mengurai opini kegagalan Asrun memimpin Kota Kendari, kita juga harus mengapresiasi prestasinya selama 10 tahun. Asrun sukses mempertahankan 9 kali piala Adipura. Pada tahun 2017 lalu ia diganjar tiga penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) itu. Lulusan Insinyiur dan master enginering ini telah sukses mengukir prestasi kendati bencana banjir mengepung kota saat hujan. Prestasi yang tidak kalah pentingnya adalah Asrun sukses mengantarkan puteranya, Adriatma Dwi Putra sebagai Wali Kota Kendari penggati dirinya. Estavet kepimpinan dari Ayah ke Anak ini kian mengkhawatirkan.

Sebab, Asrun setelah menyerahkan kursi empuk kekuasaannya di Kota Kendari kepada anaknya, kini ia percaya diri masuk di panggung pilgun 2018. Langkah politik Ayah dan Anak ini mulai merencanakan kekuasaan Dinasti di Bumi Anoa ini. Kendati Adriatma menjabat sebagai Wali Kota Kendari hasil dari sebuah proses demokrasi, tapi peran Ayahnya, Asrun yang masih aktif sebagai Wali Kota saat itu memperalat kekuasaannya dengan mengintervensi seluruh jajaran SKPD nya untuk memenangkan anaknya. Dalam konteks ini, pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi tolak ukur kemajuan demokrasi suatu negara.

Namun, di balik tujuan mulia itu, tersirat kondisi yang justru sebaliknya; oligarki yang menjadi musuh demokrasi. Sebab, kekuasaan hanya milik segelintir orang  dan dimanfaatkan untuk meraup keuntungan kelompok keluarga itu. Kekuasaan Dinasti yang direncanakan Asrun harus di lawan. Ilustrasi dari kekuasaan Dinasti keluarga Asrun sebagai berikut ; Asrun 10 tahun menjabat Wali Kota Kendari, setelah itu Kendari di pimpin oleh anakanya dan Asrun mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Sultra.

Jika Asrun terpilih, maka anaknya sudah pasti 2 periode pimpin Kendari dan suda hampir pasti ia menjabat 2 periode Gubernur Sultra. Setelah itu, Asrun mempersiapkan Adriatma sebagai Calon Gubernur selanjutnya dan mendorong saudara Adriatma ada Istrinya sebagai calon Wali Kota Kendari selanjutnya. Artinya, selama 20 tahun ke depan, belum ada ruang bagi orang lain untuk memimpin Sultra. Jika KITA tidak lawan rencana kekuasaan Dinasti ini, akan terus berjalan dan kokoh. Ketua KPK Agus Agus Rahardjo telah mewanti-wanti dan mengingatkan masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih calon pemimpin dari dinasti politik. Pengalaman KPK menunjukkan bahwa seringkali generasi penerus dari dinasti itu dikendalikan oleh orang yang sebelumnya memerintah.

Ironisnya, para kepala daerah yang menggunakan kekuatan politik dinasti ini cenderung korup. Mereka kerap menyelewengkan amanah jabatan, dan sekalipun sudah lengser, mereka masih bisa menyetir pemerintahan karena penerusnya dari kalangan keluarga sendiri. Lalu, bagaimana dengan Anda?. Mau membiarkan kekuatan politik dinasti atau KITA Lawan biar AMAN daerah ini dari praktek politik dinasti???.





Comments

Popular posts from this blog

Menakar Peluang Tiga Pasangan Cagub Sultra

Kompetisi awal telah usai. Tiga pasangan calon gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) telah mastikan diri sebagai kontestan dalam gelanggang pemilihan gubernur (Pilgub) 2018 setelah menyerahkan tiket ke KPUD Sultra. Mereka adalah Ali Mazi-Lukman Abunawas ( AMAN), Rusda Mahmud-Sjafei Kahar ( RM-SK) dan Asrun-Hugua ( SURGA). Tiga pasangan calon gubernur (Cagub) ini disokong oleh kekuatan besar di republik ini. AMAN merepresentasi kekuatan Airlangga Hartato sebagai Ketua Umum Partai Golkat, Surya Paloh sebagai Ketua Partai Nasdem. Pasangan RM-SK merepresentasi kekuatan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB. Dan SURGA juga dibekingi dua kekuatan besar yaitu Joko Widodo (Presiden aktif) dan Mega Wati Soekarno Putri yang juga mantan Presiden sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, termasuk Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN yang juga mumpuni ketokohannya. Tapi, ada hal yang menggelitik dalam koalisi gemuk pasangan c...

“Kerinduan”

Ia tetap abadi. Selalu hidup sepanjang zaman—juga di alam Bakah nan abadi. Hidup tak berarti selamanya nyata--hanya bisa dilihat; disaksikan oleh dua bola mata Manusia. Bahkan tak ada mati sesungguhnya. Melainkan sebuah perjalanan panjang menuju ke alam yang kekal—sebuah alam tempat berpulangnya semua yang hidup, yang bernyawa. Itulah alam sang Khalik. Dia perempuan yang aku cintai, juga saudara-saudaraku, terutama ayahku. Keluarga besarku, dan para kerabat, juga mencintainya. Dia lah perempuan yang kami rindukan, yang mereka rindukan. Ibu kami tercinta; kini engkau telah pergi dan tak mungkin kembali lagi. Engkau tak mati—selalu hidup, hidup bersama kami, bersama orang-orang yang menyayangimu. Kematian menjadi momen yang mengangumkan bagimu, tetapi tidak benar-benar istimewa bagi yang ditinggalkan di dunia. Isak tangis, sedih membelenggu hingga di jiwa seolah tak merelakan kepergianmu.  “Kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan di dunia Hingga pada waktunya, saya, dia,...

Lampu Merah Nyawa Bocah Jalanan

Memegang secarik kertas atau koran, bocah-bocah itu berlarian menghampiri pengguna jalan yang berhenti sejenak karena lampu merah. Tersenyum tipis bocah ini menawarkan koran atau kertas yang disimpanya dalam map merah bertuliskan bantuan untuk panti asuhan kepada para pengendara mobil dan motor. "Minta uangnya pak. Beli koran pak, harganya seribu rupiah," begitu kata-kata Boy, salah satu bocah 3 tahun, saat menawarkan koran atau meminta sumbangan kepada para dermawan. Entah bagaimana bocah malang ini bisa mendapatkan koran atau kertas daftar sumbangan panti asuhan itu???. Dengan percaya diri, setiap kali pergantian lampu rambu lalulintas, serentak mendatangi satu persatu para pengemudi itu. Demi mendapatkan uang, bocah ini tak lagi mempedulikan keselamatanya ketika berjalan ditengah ratusan kendaraan yang melintas di jalan itu. Apakah ini tindakan konyol tak berguna atau karena pikiran mereka yang masih polos sehingga uang seribu jauh lebih berharga daripada nyawanya. Dari ...