foto/zonasultra
Bahagia. Seketika ia semringah dengan capaian di penghujung tahtanya membungkam hiruk pikuk kritis yang selama ini di vonis gagal memimpin Kota Kendari. Senyum bahagia terpancar di wajahnya tatakala ia memegang piala Adipura yang masih butuh satu tangan lagi itu, sempurnah. Asrun lelaki yang diganjar tiga penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) itu. Ia seorang insinyiur dan master enginering yang kini menjadi wali kota Kendari dua periode. Luar biasa, suatu prestasi yang mengukir citra personal Asrun dengan sangat baik. Masyarakat kota Kendari jangan lagi tanyakan bagaimana Asrun mendapatkan tiga plakat itu.
foto/kendaripost
Sebab, hari ini kita tidak tahu lagi proses yang benar sebagaimana kebenaran itu kadang-kadang dibenarkan dengan rupiah. Dan jangan tanyakan lagi kondisi objektif kota Kendari dalam sepuluh tahun belakangan ini. Sebab, bencana, banjir, penggusuran, dan kemiskinan bukan merupakan bagian dari penilaian penghargaan itu. Mungkin bencana dan penataan kota yang buruk, kini jadi prestasi yang dinilai dengan piala Adipura. Selamat atas prestasinya ditengah rintihan dan air mata masyarakat kota Kendari yang kemarin menderita di pengungsian, pedagang kaki lima yang digusur dan jual beli lapak di pasar modern kota Kendari.
Duni memang edan. Pemerintah kini hanya menilai kebersihan dan penataan kota saja. Penilaian atas kesuksesan seorang pemimpin yang berhasil meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat jarang terdengar. Euvoria itu hanya digelar untuk menyematkan pemimpin yang kerjanya hanya membersihkan sampah yang ada di daerahnya, salah satu pemimpin itu adalah Asrun. Bahkan sampah-sampah yang menghiasi kota Kendari itu hasil dari kinerja Asrun selama 10 tahun dengan prioritas program Bencana banjir. Ia cukup sukses merencanakan penataan kota dan sistem drainase yang menjadi pintu masuk air menenggelamkan perumahan masyarkat. Lalu, logiska Asrun disebut pemimpin yang berhasil?
Asrun dengan semangatnya yang berkobar membuat ia bermuka tebal; Tiga plakat penghargaan yang ia raih diraih diarak menggunakan mobil tronton dari Bandara Haluoleo Kendari hingga di Kantor Wali Kota Kendari, Kamis, 3 Agustus 2017. Ia bersama babunya bersorak dengan girangnya mencundangi masyarakat yang dihidup dibawah kemelaratan. "Ada tiga piala yang dibawa pulang oleh Wali Kota Kendari. Yakni, penghargaan Adipura ke 9, penghargaan tempat pembuangan (TPA) terbaik se-Indonesia dan Piala Adiwiyata yang diraih SD 8 Mandonga Kendari," kata Ali Kibu, juru bicara walikota.
Mungki Asrun membisik Ali untuk menyebut, tiga pelakat penghargaan ini merupakan salah satu prestasi yang patut diapresiasi. Karena khusus untuk Piala Adipura, sudah sembilan kali dipertahankan oleh Wali Kota Kendari Asrun. Ini prestasi yang membanggakan buat daerah. Ini persembahan prestasi yang diberikan pak Wali Kota Kendari di akhir masa jabatannya. Ali menurut saja lalu memhatakannya dengan gamblang. Tapi, Asrun lalai membisikan nasib masyarakat korban banjir, lupa membisikan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota Kendari, lupa membisikan menghidupkan sektor ekonomi kreatif. Mungkin, bagi Asrun kesejahteraan itu hanya miliknya dan keluarganya.
Kini, Asrun kian percaya diri melangkah dalam panggung pilgun 2018 setelah ia dihargai piala yang ke 9 itu. Entah, apa visi-misinya yang bakal diperdengarkan kepada masyarakat Sulawesi Tenggara. Mungkin tak jauh berbeda dengan visi-misi saat ia mencalonkan diri sebagai walikota saat itu. Kita sebagai rakyat biasa harus menghormati beliau dalam segala ikhtiarnya menuju Sultra 1. Tapi, kita juga harus menjadi masyarakat kritis dalam menjaring siapa bakal calon gubernur Sultra 2018 nanti. Memilih gubernur, sama artinya kita telah menentukan nasib kita sendiri dalam jangka waktu yang panjang. "Pilihlah pemimpin yang cerdas, visioner. Untuk mengukur pemimpin yang benar-benar mengabdi untuk rakyat bisa dilihat dari komitmen membangun sektor-sektor penring yakni Pertanian, Nelayan, peternakan, UMKM, Pembangunan industri, jamkrida dan pembangunan yang merata.
Bahagia. Seketika ia semringah dengan capaian di penghujung tahtanya membungkam hiruk pikuk kritis yang selama ini di vonis gagal memimpin Kota Kendari. Senyum bahagia terpancar di wajahnya tatakala ia memegang piala Adipura yang masih butuh satu tangan lagi itu, sempurnah. Asrun lelaki yang diganjar tiga penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) itu. Ia seorang insinyiur dan master enginering yang kini menjadi wali kota Kendari dua periode. Luar biasa, suatu prestasi yang mengukir citra personal Asrun dengan sangat baik. Masyarakat kota Kendari jangan lagi tanyakan bagaimana Asrun mendapatkan tiga plakat itu.
foto/kendaripost
Sebab, hari ini kita tidak tahu lagi proses yang benar sebagaimana kebenaran itu kadang-kadang dibenarkan dengan rupiah. Dan jangan tanyakan lagi kondisi objektif kota Kendari dalam sepuluh tahun belakangan ini. Sebab, bencana, banjir, penggusuran, dan kemiskinan bukan merupakan bagian dari penilaian penghargaan itu. Mungkin bencana dan penataan kota yang buruk, kini jadi prestasi yang dinilai dengan piala Adipura. Selamat atas prestasinya ditengah rintihan dan air mata masyarakat kota Kendari yang kemarin menderita di pengungsian, pedagang kaki lima yang digusur dan jual beli lapak di pasar modern kota Kendari.
Duni memang edan. Pemerintah kini hanya menilai kebersihan dan penataan kota saja. Penilaian atas kesuksesan seorang pemimpin yang berhasil meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat jarang terdengar. Euvoria itu hanya digelar untuk menyematkan pemimpin yang kerjanya hanya membersihkan sampah yang ada di daerahnya, salah satu pemimpin itu adalah Asrun. Bahkan sampah-sampah yang menghiasi kota Kendari itu hasil dari kinerja Asrun selama 10 tahun dengan prioritas program Bencana banjir. Ia cukup sukses merencanakan penataan kota dan sistem drainase yang menjadi pintu masuk air menenggelamkan perumahan masyarkat. Lalu, logiska Asrun disebut pemimpin yang berhasil?
Asrun dengan semangatnya yang berkobar membuat ia bermuka tebal; Tiga plakat penghargaan yang ia raih diraih diarak menggunakan mobil tronton dari Bandara Haluoleo Kendari hingga di Kantor Wali Kota Kendari, Kamis, 3 Agustus 2017. Ia bersama babunya bersorak dengan girangnya mencundangi masyarakat yang dihidup dibawah kemelaratan. "Ada tiga piala yang dibawa pulang oleh Wali Kota Kendari. Yakni, penghargaan Adipura ke 9, penghargaan tempat pembuangan (TPA) terbaik se-Indonesia dan Piala Adiwiyata yang diraih SD 8 Mandonga Kendari," kata Ali Kibu, juru bicara walikota.
Mungki Asrun membisik Ali untuk menyebut, tiga pelakat penghargaan ini merupakan salah satu prestasi yang patut diapresiasi. Karena khusus untuk Piala Adipura, sudah sembilan kali dipertahankan oleh Wali Kota Kendari Asrun. Ini prestasi yang membanggakan buat daerah. Ini persembahan prestasi yang diberikan pak Wali Kota Kendari di akhir masa jabatannya. Ali menurut saja lalu memhatakannya dengan gamblang. Tapi, Asrun lalai membisikan nasib masyarakat korban banjir, lupa membisikan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota Kendari, lupa membisikan menghidupkan sektor ekonomi kreatif. Mungkin, bagi Asrun kesejahteraan itu hanya miliknya dan keluarganya.
Kini, Asrun kian percaya diri melangkah dalam panggung pilgun 2018 setelah ia dihargai piala yang ke 9 itu. Entah, apa visi-misinya yang bakal diperdengarkan kepada masyarakat Sulawesi Tenggara. Mungkin tak jauh berbeda dengan visi-misi saat ia mencalonkan diri sebagai walikota saat itu. Kita sebagai rakyat biasa harus menghormati beliau dalam segala ikhtiarnya menuju Sultra 1. Tapi, kita juga harus menjadi masyarakat kritis dalam menjaring siapa bakal calon gubernur Sultra 2018 nanti. Memilih gubernur, sama artinya kita telah menentukan nasib kita sendiri dalam jangka waktu yang panjang. "Pilihlah pemimpin yang cerdas, visioner. Untuk mengukur pemimpin yang benar-benar mengabdi untuk rakyat bisa dilihat dari komitmen membangun sektor-sektor penring yakni Pertanian, Nelayan, peternakan, UMKM, Pembangunan industri, jamkrida dan pembangunan yang merata.
Comments