Skip to main content

Eksotisme Tajung Bira Yang Terabaikan



Belum juga tiba di pantai yang kami tuju, panorama biru nan indah sudah menghadang pandangan. Dari kejauhan tampak gulungan ombak, memutih dengan menggoyang beberapa kapal dan perahu nelayan. Sungguh benar-benar indah, memukau hati. Saya dan dua kawanku dari Jakarta, tak sabar lagi untuk segera bersua menikmati eksotis pantai Tanjung Bira. Tanjung Bira adalah lokasi wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Keindahan pantai ini benar-benar sama dengan cerita orang-orang kebanyakan. Tanjung Bira merupakan salah satu pantai yang memiliki keindahan alam yang tak kalah dengan pantai lain di Indonesia. Bahkan, oleh kebanyakan orang menyebut Tanjung Bira sebagai satu-satunya pantai yang memiliki pasir putih yang lembut.

“Sebenarnya kalah dengan pasir putih di Bali,” kata seorang yang ada dalam mobi travel yang kami tumpangi, Sabtu, 4 Agustus lalu.


Tanjung Bira berada di bagian bagian Timur Laut, Sulawesi Selatan. Kami memulai perjalanan dari Kota Makassar, sekitar pukul 08.00 tiba di Bira sekitar pukul 13.00 atau  dengan jarak tempuh sekitar 5 jam. Atau sekitar hampir 300 kilometer. Dari Bulukumba saja, membutuhkan waktu sejam untuk sampai di pantai yang diapit oleh beberapa gugusan pulau-pulau kecil tersebut.

Cukup panjang perjalanan kawan-kawan. Bahkan, masih ada berkilo-kilo meter jalan rusak, misalnya jalan poros Makassar-Jeneponto, masih dalam proses perbaikan. Selain itu, jalan menuju ke Tanjung Bira, juga rusak parah. Ketika sampai di tempat tujuan, kita butuh waktu setengah jam untuk meluruskan urat-urat yang tadinya berasa amat pegal.

Di dalam area Tanjung, seperti sedang berada di negeri barat. Restoran dan hotel untuk para wisatawan semua bertuliskan bahasa Inggris, termasuk menu makanan dan minumannya. Suasananya benar-benar seperti di Bali. Pemilik hotel dan restoran dari masyarakat lokal sangat fasih berbahasa Inggris. Bahkan tidak sedikit dari mereka menjadi guide (pemandu wisata) untuk wisatawan mancanegara.



Setelah memanjakan badan sejenak dengan menikmati tamparan angin sepoi-sepoi, kami pun beranjak. Kamera Nikon D80, milik Arif siap beraksi, menangkap gambar para bule yang semi bugil atau biasa disebut Bikini. Sesekali mereka menceburkan diri ke air, ada juga yang merebah di atas pasir putih dengan terik yang menyengat.

Daerah wisata ini belum sepenuhnya ditangani dengan baik oleh pemerintah. Buktinya, masih banyak lokasi yang belum tertata dengan baik, seperti lokasi untuk menjamu para wisatawan dalam menyaksikan keindahan pantai masih dijadikan sebagai tempat menjual. Kendati begitu, masyarakat setempat, termasuk para pengunjung sangat peduli dengan keberesihan.

Di sepanjang pantai, anda sangat beruntung jika anda menemukan tumpukan plastik bekas yang bercampur pasir. Saya berjalan menyusuri tepi pantai, tak ada satu pun sampah yang mengotori pasir yang halus dan lembut ini. Padahal, di sekitar pantai ini terdapat deretan caffe yang menyediakan beraneka ragam kebutuhan para wisatawan.

Anda tidak hanya menikmati keindahan pantai Bira, melainkan masih ada dua pulau kecil yang terbentang di depannya. Dua pulau tersebut adalah Pulau Liukang Loe dan Pulau Kambing. Posisi pulau ini dapat dilihat langsung dari Pantai Tanjung Bira dan posisi berdampingan denagan pulau Kambing. Yang menarik  dari pulau Kambing ini adalah pernah menjadi objek sengketa antara Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Selayar.

Pemerintah Sulawesi Selatan tengah mencanangkan program Visit South Sulawesi 2012. Namun, program wisata ini belum benar-benar dilaksanakan dengan maksimal. Buktinya, masih banyak orang di seluruh pelosok belum nusantara belum mengenali lokasi wisata Tanjung Bira. Tidak hanya itu, tapi ada beberapa lokasi wisata lain di Sulawesi Selatan.

Promosi wisata yang dilakukan oleh pemerintah tidak dibarengi dengan perbaikan infrastruktur, atau sarana dan prasarananya. Sehingga, hal ini menjadi salah satu faktor yang kurang menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika pemerintah berkomitmen memajukan wisata melalui program visit south Sulawesi, maka lokasi wisatanya tidak akan kalah dengan Bali, dan Lombok.

Begitu kutipan keluhan dari salah seorang pengelola Restoran dan pondokan di Tanjung Bira Faizal Ahmad.
“Kami tunggu action (Aksi) pemerintah, jangan hanya omong,” katanya. (Bersambung di tulisan berikutnya).


*Tulisan ini berdasarkan hasil reportase dan diskusi dengan masyarakat Tanjung Bira. Sedangkan Fotonya, di jepret dengan menggunakan Black Berry

Comments

Popular posts from this blog

Seharusnya "Kopi" Jadi Simbol Perlawanan

Di sebuah kedai kopi petang itu. Suasana begitu riuh  tatkala pengujung di salah satu deretan meja kedai itu tertawa lepas setelah berujar. Mungkin mereka sedang berbagi pengalaman, entalah: yang pasti mereka sekelompok orang dengan perawakan mapan dan kekinian tampak bahagia dengan segelas kopi. Ada canda, ada tawa, ada pula diskusi, mungkin  juga mereka sedang membicarakan bisnis. Kedai Kopi, kini jadi salah satu pilihan untuk nongkrong-menghabiskan waktu dan uang bahkan tempat para pembual.

Suku Betawi Yang Tersingkir dari Ibu Kota

Jakarta, lebih dekat dengan suku Betawi, karena mereka mengkalim dirinya sebagai suku asli. Sekitar pukul 07 pagi, saya bertemu dengan salah seorang tukang ojek yang mangkal di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tidak jauh dari kantor TEMPO. Mansyur, nama tukang ojek ini dan mengaku orang Betawi tulen. Pagi itu, saya ditugaskan untuk meliput acara Menteri Kelautan dan Perikanan, oleh Redaktur Ekonomi dan Bisnis, harian TEMPO. Karena saya baru di Jakarta, tentu saya bingung dimana alamat kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut.

Kolema, Holiwood Bau-Bau

Jika anda belum pernah melihat langsung Landamark Holliwood di Los Angeles, Amerika Seri, anda tak perlau jauh-jauh ke sana. Sebab, Landamark bergengsi dunia itu, anda bisa temui di Kota Baubau. Tulisan Baubau, yang memanjang di atas Bukit Kolema, benar-benar menyerupai tulisan Holliwood di Los Angeles-Amerika. Bukit Kolema terletak sekitar lima kilo meter arah Timur kota Bauabu dengan ketinggian sekitar  lebih dari  seratisan meter dari permukaan laut. Di puncak bukit itu dibangun pelataran gantung  (taman) dan satu tembok bertuliskan ”Baubau” sepanjang 30 meter dan tinggi 15 meter. Tulisan Baubau, terlihat jelas dari kejauhan, khusnya dilihat ketika anda berada di tengah laut. Dengan letak yang menghadap ke barat seakan menyambut kedatangan anda di kota Baubau yang semerbak Dahulu, taman gantung bukit Kolema hanya dikenal hanya beruap jurang yang curam dan ditumbuhi semak belukar, serta terkenal angker. Di lokasi ini juga sering terjadi kecelakaan yang diduga disebab