Skip to main content

Eksotis, Misteri Fosil Paus Mengukir Peradaban Tokotu'a


Benar-benar memukau. Nyaris saja tak menemukan kata untuk melukiskan eksotisme fosil ikan Paus dalam museum itu. Struktur rangka tulang belulangnya masih tersusun rapih dengan panjang mencapi 20 meter dan lebar 3 meter. Sungguh menakjubkan tatkala kita membayangkan  ikan raksasa itu disaksikan secara langsung sewaktu masih hidup. Mungkin Paus adalah Raja dalam spesies ikan. Selain itu, Paus adalah pembunuh dan menjadi predator ganas di lautan mengalahkan Hiu.

Fosil purbakala yang dipajang dalam pendopo itu menjadi salah satu ikon wisata sejarah yang ramai dikunjungi wisatawan. Pendopo adalah bangunan luas tanpa pembatas ( terbuka) yang berdiri kokoh di depan Pelabuhan Sikeli Pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Konon Paus Raksasa ini ditemukan oleh warga Tokotu'a. Warga Tokotu'a merupakan penduduk asli Kerajaan Moronene. Daging ikan Paus itu menjadi sajian bagi warga Tokotu'a yang saat itu warga masih hidup dalam kondisi serba terbatas, bahkan kelaparan. Stok dagingnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dalam beberapa bulan kedepan.


Fosil Paus purba ini menjelaskan misteri penemuan hewan pemangsa kelas wahit  dalam sejarah evolusi Paus. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa Paus merupakan hewan darat yang berevolusi menjadi mamalia laut. Namun warga Tokotu-a meyakini Paus raksasa itu terdampar di Pulau indah jazirah Sulawesi Tenggara. Entalah, semua masih menjadi misteri ihwal penemuan fosil itu dan kini telah mengukir peradaban bagi warga Tokotu'a yang eksotis. Pulau Tokotu'a layak mendapatkan predikat surga dunia dengan keanekaragaman pariwisatanya. Pesona alam dan keunikan Tokotu’a akan menjadi potensi pariwisata dunia yang wajib dieksplor dan dikelola secara konkret oleh pemerintah, baik Kabupaten, Provinsi, maupun Pusat.


Rongga Kepala Paus dengan panjang lebih dari 4 meter itu masih utuh. Gigi paus yang menancap pada rahang bawahnya cukup besar, setidaknya tengkorak Paus purba itu menjadi bukti bahwa Paus ini benar-benar ada di Lautan Sulawesi Tenggara. Kendati fosil Paus itu sebagian besar masih utuh, Pemerintah Kabupaten Bombana harus tetap melestarikan benda langkah tersebut. Di Pendopo itu, pengunjung segera disuguhkan dengan pemandangan langkah ini dengan menikmati hembusan angin laut yang sejuk. Selain menikmati pesona fosil Paus purba itu, pengunjung juga dapat menikmati beragam kuliner khas warga Tokotu'a diantaranya kuliner hasil laut dan makanan tradisional.

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi fosil Paus Purba itu dengan beberapa akses transportasi. Untuk wistawan asing akan menempuh perjalanan udara dari Negaranya menuju Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Dari Jakarta, menunu Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan lalu ke Bandara Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara. Dari Kendari menempuh perjalanan darat selama 4 sampai 5 jam menuju Kabupaten Bombana. Selanjutnya, wisatwan akan menempuh perjalanan laut dengan memnggunakan kapal viber menuju Paulau Tokotu'a sekitar 2 jam.

Sumber : Materi dan Foto, Rendra Manaba

Comments

Popular posts from this blog

Seharusnya "Kopi" Jadi Simbol Perlawanan

Di sebuah kedai kopi petang itu. Suasana begitu riuh  tatkala pengujung di salah satu deretan meja kedai itu tertawa lepas setelah berujar. Mungkin mereka sedang berbagi pengalaman, entalah: yang pasti mereka sekelompok orang dengan perawakan mapan dan kekinian tampak bahagia dengan segelas kopi. Ada canda, ada tawa, ada pula diskusi, mungkin  juga mereka sedang membicarakan bisnis. Kedai Kopi, kini jadi salah satu pilihan untuk nongkrong-menghabiskan waktu dan uang bahkan tempat para pembual.

Suku Betawi Yang Tersingkir dari Ibu Kota

Jakarta, lebih dekat dengan suku Betawi, karena mereka mengkalim dirinya sebagai suku asli. Sekitar pukul 07 pagi, saya bertemu dengan salah seorang tukang ojek yang mangkal di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tidak jauh dari kantor TEMPO. Mansyur, nama tukang ojek ini dan mengaku orang Betawi tulen. Pagi itu, saya ditugaskan untuk meliput acara Menteri Kelautan dan Perikanan, oleh Redaktur Ekonomi dan Bisnis, harian TEMPO. Karena saya baru di Jakarta, tentu saya bingung dimana alamat kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut.

Kolema, Holiwood Bau-Bau

Jika anda belum pernah melihat langsung Landamark Holliwood di Los Angeles, Amerika Seri, anda tak perlau jauh-jauh ke sana. Sebab, Landamark bergengsi dunia itu, anda bisa temui di Kota Baubau. Tulisan Baubau, yang memanjang di atas Bukit Kolema, benar-benar menyerupai tulisan Holliwood di Los Angeles-Amerika. Bukit Kolema terletak sekitar lima kilo meter arah Timur kota Bauabu dengan ketinggian sekitar  lebih dari  seratisan meter dari permukaan laut. Di puncak bukit itu dibangun pelataran gantung  (taman) dan satu tembok bertuliskan ”Baubau” sepanjang 30 meter dan tinggi 15 meter. Tulisan Baubau, terlihat jelas dari kejauhan, khusnya dilihat ketika anda berada di tengah laut. Dengan letak yang menghadap ke barat seakan menyambut kedatangan anda di kota Baubau yang semerbak Dahulu, taman gantung bukit Kolema hanya dikenal hanya beruap jurang yang curam dan ditumbuhi semak belukar, serta terkenal angker. Di lokasi ini juga sering terjadi kecelakaan yang diduga disebab