Lubang tua masih terlihat jelas di sekitar
dinding-dinding Benteng Keraton Baubau (Wolio) . Tak ada satu pun dinding yang
amruk. Hanya saja di beberapa bagian, dindingnya tertutupi oleh belukar dan
rerumputan lain. Tapi pada kebanyakan dinding lainnya masih berdiri kokoh.
Tembok pertahanan masa lalu ini benar-benar sangat terawat, apalagi dinding
yang berada di sekitar pemukiman.
Benteng Keraton Buton ini memiliki luas mencapai
22,8 hektar, dan panjangnya mencapai 2.740 meter dengan ketebalan 2 meter dan
tinggi 2 sampai 8 meter. Benteng ini mendapat rekor MURI, karena menjadi salah
satu benteng yang terluas di dunia. Di dalam kawasan benteng terdapat 18 menara
atau sudut benteng, memiliki 13 pintu gerbang, sebanyak 640 rumah penduduk
(rumah panggung yang arsitekturnya masih asli warisan tempo dulu), kuburan para
raja, dan beberapa peninggalan sejarah lainnya.
Benteng yang dibangun oleh Sultan Buton ke-4, Sultan
La Elangi ini (alias Sultan Dayanu Ikhsanuddin (1578-1615), telah menjadi
tempat wisata yang cukup baik di Sulawesi Tenggara. Apalagi, pada 1 sampai 5 Sepetember
lalu, Baubau menjadi tuan rumah Festival Keraton Nusantara (FKN) ke VIII,
sehingga pengunjungnya (tamu raja/sultan dan wisatawan lokal/mancanegara) mencapai ribuan.
Para raja dan sultan dari keraton lain mengujungi
beberapa situs sejarah di dalam kawasan benteng tersebut. Seperti, makam
raja-raja Buton, melihat dinding benteng, pintu gerbang, meriam kuno, dan
lubang-lubang kuno yang telah dipenuhi lumut. Mereka mengabadikan benda-benda
bersejarah tersebut dengan kamera masing-masing.
“Benteng ini tidak hanya sebagai warisan budaya yang
menyimpan makna sejarah, melainkan menjadi tempat wisata budaya,” kata Laode
Muhammad Jafar, Sultan Buton (2012) di Istananya, Jalan Rau, Kelurahan Wameo,
kota Baubau, Ahad, 2 Sepetember lalu.
Jafar mengisahkan, lubang yang ada di dinding
benteng ini akibat serangan para penjajah Kolonial Belanda pada 1637. Saat itu
Gubernur Jendral VOC van Diemen berserta 700 tentaranya berkalikali menyerang
benteng, namun selalu gagal. Pasukan keraton Buton menjadikan benteng ini
sebagai tempat perlindungan dari serangan musuh. Bahkan di benteng ini, juga
dikenal sebagai kawasan 1000 goa, yang juga berfungsi sebagai tempat
persembunyian.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa jejak penting yang
ditinggalkan di benteng terluas di dunia ini. Misalnya, meriam kuno, monumen
Benteng Keraton Buton, kota Baubau (Wolio), Mesjid Keraton, Mesjid Kuba, Tiang
Bendera, Pulau Makassar, Kamali (Rumah Sultan) dan ribuan naskah kuno Buton
(Yang dikoleksi di KLTV Belanda, Abdul Mukuzahari-Sekretaris Sulatan terakhir
38, Laode Falihi).
“Kesultanan Buton diapit oleh dua kerajaan besar yakni
Gowa dan Ternate, dan tercatat sebagai kerajaan yang tak pernah kalah atau
menyerah,” ujar Jafar.
Menurut Jafar, Kesultanan Buton memiliki sekitar 72
benteng. Diantaranya benteng keraton kota Baubau (Wolio), benteng Baadia, dan
benteng Sorawolio. Yang membedakan kesultanan Buton dengan kesultanan lainnya
adalah Istana Sultan tidak harus berada di dalam kawasan keraton.
“Rumah sultan otomatis menjadi istnana, sekalipun
jauh dari kawasan benteng,” katanya.
Benteng Keraton Buton ini memiliki kekhasan
arsitektur yang unik dan menjadi pembeda dengan benteng-benteng lain yang ada
di Indonesia. Secara topografis, kata Amirul Tamin, Wali Kota Baubau, benteng
ini terdiri dari tiga sisi dengan kemiringan yang sangat radikal. “Areal miring
tersebut, juga merupakan benteng alam yang non artificial,” kata Amirul.
Benteng Keraton Buton dibangun di area perbukitan
sehingga bentuk benteng ini menjadi tidak simetris. Hal ini disebabkan karena
morfologis bentang lahan pada bagian utara dan timur berada pada daerah yang
amat terjal. Panjang benteng sekitar 2.740 meter dengan 13 pintu gerbang.
Mengapa 13 pintu gerbang, berdasarkan penjelasan sejarah bahwa angka 13
bermakna sama dengan jumlah lubang yang
ada dalam diri manusia.
“Inilah salah satu keunikan benteng ini karena musuh
kesulitan untuk menembusnya,” ujarnya.
Dimasa lalu, benteng ini tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung, melainkan untuk mengontrol kapal yang masuk ke selat
Baubau. Untuk masa sekarang, benteng ini memiliki banyak fungsi seperti sebagai
tempat wisata, tempat untuk menikmati panorama alam, dan menikmati indahnya
Baubau dari atas ketinggian.
Amirul mengatakan, peninggalan sejarah di benteng
keraton ini telah dikukuhkan sebagai peninggalan sejarah nasional. Sehingga,
masyarakat khususnya lembaga adat Kesultanan Buton benar-benar menjaga situs
nasional tersebut. Buktinya, setiap akhir pecan, masyarakat bersama pelajar SMP
dari beberapa sekolah bekerjasama membersihkan di dalam area benteng.
“Benteng keraton ini akan kami jadikan sebagai
tempat wisata religious,” dia menuturkan.
Selain menjadi salah satu keraton tertua di dunia,
Buton juga dikenal sebagai tempat yang aman untuk melindungi diri dari ancaman
para musuh. Buton, sebelum dimekarkan sebagai kota madiya Baubau, terkenal
sebagai tempat berlindung oleh para pencari suaka politik. Contohnya, Raja Bone
Arung Palakka.
Arung Palakka, merupakan buronan Sultan Hasanuddin,
Raja Gowa, sekitar 1666. Dia (Arung) dituduh membantu parjurit Belanda melawan
pejuang nasional, termasuk menawan sekitar 5.500 pasukan Bontomarannu. Berawal
dari sini, Raja Gowa mencari Arung Palakka hingga ke Buton.
Sultan Hasanuddin bersama pasukannya menghadap raja
Buton, La Awu Sultan Malik Surullah, karena mendapat kabar bahwa Arung Palakka
berlindung di daerah kesultanan yang dipimpinnya. Namun, saat itu, Sultan Buton
menyatakan secara tegas bahwa dirinya tidak pernah menyembunyikan Raja Bone
tersebut.
“Saya tidak
bohong. Tapi kalau benar Arung Palakka ada di atas tanah Buton, saya bersumpah
seluruh rakyat Buton akan terkena pogoso,” Amirul menirukan kalimat yang
pernah dikatakan oleh Sultan Buton yang memerintah Buton mulai 1654-1664 kepada
rombongan pasukan itu.
Istilah Pogoso, menurut Tokoh adat Baubau Laode
Munafi adalah sumpah bibir pecah yang diyakini oleh masyarakat Buton untuk
menguji kebohongan terhadap seseorang.
Sulatn Buton memang tidak termakan sumpahnya karena Arung Palakka yang
bergelar Petta MelampeE Gemme’na (Pangeran yang Berambut Panjang) itu
bersembunyi di sebuah gua yang terletak di dinding tebing timur Benteng Wolio.
Bukannya di atas tanah Buton.
Di Buton, Arung Palakka dikenal dengan nama
Latoondu. Oleh kebanyakan orang meyakini bahwa asal muasa kata La terhadap
bangsawan bugis dimulai dari nama sang raja ketika berada di tanah Buton. La
adalah panggilan untuk laki-laki suku
Buton dan Muna. Selain La, Arung
Palakka juga diberi gelar “Tounru” (Sang Penakluk). Sebab, gua persembunyian
bangsawan Bone itu dinamai Liana Latoondu.
Supah Pogoso tidak cukup buat Sultan Hasanuddin. Ia
tetap meyakini bahwa Arung Palakka berada di tanah Buton. Karena perlindungan yang diberikan Sultan
Buton tersebut, Sultan Hasanuddin mengirim armada berkekuatan 20.000 personil untuk
menghantam Buton. Namun, hasilnya tak berubah.
“Dia (Sultan Hasanuddin) tetap gagal menemukan Arung
Palakka,” kata Munafi.
Sedangkan pada masa modern ini , Buton masih tetap
menjadi tempat berlindung yang aman untuk para pencari suaka politik. Munafi
menjelaskan, ada banyak peristiwa yang terajdi di Indonesia, deperti Ambon,
Papua, Maluku, Timor-timor. Ketika berada di sini (Buton) mereka merasa damai
dan aman.
“Dan ini dibuktikan karena mereka terlindungi,
terayomi. Jadi kita lihat dari sisi ini sebagai tempat interaksi sosial yang
harmonis.”
Wali kota melanjutkan, Baubau, juga didukung dengan
pelabuhan yang memadai. Indonesia tercatat sebagai negara kepulouan, memiliki
keanekaragaman adat, budaya, bahasa, dan agama. Namun, menurut Amirul, struktur
social yang maritim ini dapat dipersatukan dengan memperkuat
kepelabuhanan.
“Laut ini bukan pemisah, tapi pemersatu dengan
memperkuat pelabuhan.”
Baubau merancang pelabuhan dengan tiga jenis yaitu
pelabuhan rakyat, pelabuhan perikanan, dan pelabuhan bongkar muat (Ekspedisi).
Selain itu, Baubau juga memiliki satu bandara udara. Sehingga, mereka yang
datang ke kota ini (Baubau) baik dari segi bisnis, atau dalam urusan lain tetap
merasa nyaman.
Sektor pelabuhan, dalam struktur pdrb yang paling
tinggi adalah perdagangan dan kpmunikasi. Pesisri pantai 42 kilo meter dan
harus dibagi fungsi untuk pemabfaatannya. Pertama kawasan pelabuah di bagi tiga
(Utama Murhum, kawasan pelabuah khusus untuk nelayan, perikanan, dan kawasan
pelabuhan rakyat).
Secara geografis, Amirul melanjutkan, Baubau berada
pada posisi di depan kaki Sulawesi, dan berhadapan dengan pulau Maluku, dan
Papua. Pemerintah akan menata kota ini menjadi pusat layanan kawasan Indineisa
Timur. Berdasarkan data bahwa orang buton berada di beberapa daerah dalam
urusan dagang. Seperti di Maluku, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Jawa, dan Jakarta.
“Bagaimana mengkat Baubau bisa sejajar dengan daerah
lain, yaitu mengikat dengan memperkuat infrastruktur kepelabuhanan, bandara,
kita sambungkan dnegan jaringan telekomunikasi yang memadai,” katanya. “Itulah
strategis yang kita satukan.”
Ahli sejarah dan Antropolog dari Universitas
Indonesia Profesor Susanto Zuhdi mengatakan, dalam aspek sejarah bahwa orang
Buton, sebetulnya sebuah komunitas masyarakat dan juga satu kerajaan. Mereka yang
menggambarkan bagaimana perjuangan mereka agar dapat survive, bertahan dalam
konteks ancaman yang datang dari arah kekuatan besar yakni Gowa dan Ternate.
“Kita harus
menempatkannya dari sisi zaman,” kata
Zuhdi.
Dalam Festival keraton ini, pemerintah harus
mementingkan dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya terhadap generasi muda.
Sehingga, pemahaman terhadap sejarah tidak hanya diketahui dari cerita ke
cerita. Melainkan melalui kurikulum muatan lokal.
“Ini sangat penting, saya sudah sampaikan ke Dewan
melalui dialog bidaya,” katanya.
Tujuannya adalah para generasi saat ini secara sistematis
memahami sejarah. Misalnya, dari sisi Ternate, Buton itu berada dalam hegemoni
cultural. Karena, Ternate memberikan landasan agama yang masuk ke Buton. Kendati
begitu, Kesultanan Buton menjaga betul keseimbangan didalam memberikan wewenang
dalam daerah yang masih menjadi wilayah kekuasaannya yaitu Muna, Kulisusu,
Tiworo, Kaledupa.
“Barata sendiri bermakna perahu bercadik ganda atau
sebagai pengikat, penguat keseimbangan dalam mencapai cita-citanya,” katanya.
Perjalanan sejarah Buton telah menjadi daerah tempat
berlindung oleh para pencari suaka. Seperti Raja Bone Arung Palakka yang menjadi
buronan Raja Gowa Sultan Hasanuddin. Arung Palakka adalah salah satu raja
pertama di dunia yang mencari suka di kesultanan Buton. “Arung Palakka adalah
orang pertama yang dilindungi oleh Sultan Buton,” ujarnya.
Pada era modern ini, dia menambahkan, Buton melalui
Sultan dan lembaga adat harus merecofery atau meresolusi itu karena Buton
mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal. Buton harus tetap mempraktekkan
bagaimana menghormati hak asasi manusia dan memberikan perlindungan kepada
orang lain.
“Banyak konflik yang terjadi diberbagai daerah,
harusnya ada perwakilan dari lembaga adat Buton yang turut menjadi juru damai
atau setidaknya mereka datang ke Buton,” dia menjelaskan.
Baubau sebagai kota tempat berlindung juga
diungkapkan oleh para raja/sultan dalam dialog budaya saat pembukaan FKN VIII. Sekjen
FKN Kanjeng Gusti Ratu Kusmuti Wandansari menuturkan, kesultanan Buton menjadi
tempat berlindung karena didukung dengan banyak hal. Seperti, posisi benteng
keraton, dan juga nilai-nilai budayanya.
“Jika saat ini terjadi dualisme kesultanan, secara
prinsip tidak akan mengurangi nilainya. FKN akan tetap mengakomodasi mereka,”
katanya.
Kegiatan budaya yang dilaksanakan dua tahun sekali
ini menyisahkan banyak rekomendasi yang harus dilaksanakan oleh para keraton.
Seperti mempercepat rancangan undang-undang hak ulayat, status keistimewaan
Yogyakarta. Karena itum pada festival berikutnya yang menjadi tuan rumah adalah
Kesultanan Maimun Medan Jadi Tuan Rumah FKN IX.
SAHRUL
Comments