Skip to main content

Kisah Perempuan Dengan HIV AIDS


"Aku, Ai, perempuan, sama seperti kalian. Tak ada beda". Demikian kalimat epilog dari cerpen berjudul "Namaku Ai” karya Lisa Febriyanti. Cerpen ini diolah dari kumpulan cerpen berjudul "Hari-hari Salamander" terbitan Penerbit Buku Perempuan (2012) diluncurkan di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS). Cerpen Lisa adalah satu dari 10 cerpen dari 10 cerpenis perempuan dan berkisah tentang perempuan.

Kisah perempuan dengan HIV AIDS yang diangkat oleh para cerpenis ini menegskan bahwa perempuan yang tertular virus HIV pun tetaplah sama seperti perempuan lain, manusia lain. Mencengangkan, karena ibu rumah tangga menempati posisi tertinggi yang rentan tertular. Demikian Lisa menjelaskan tentang fenomena ini. Lisa, penulis "Iluminasi" sebelum diskusi di LkiS. Cerpen Lisa terbit pada 2009. Ia juga hobi fotografi.

Data pada 2012, sebanyak 30 persen ibu rumah tangga tertular HIV dari suaminya. Lisa menulis kisah tersebut karena pernah melakukan pendampingan orang dengan HIV AIDS pada 2007-2009 bersama Komisi Penanggulangan AIDS. Beberapa daerah dia kunjungi. Antara lain Jakarta, Bandung, dan Denpasar.

Tak hanya Lisa, aktivis perempuan bernama Gayatri juga menjadi penulis. Perempuan 48 tahun ini menulis cerpen berjudul "Blues Biru dalam Kenangan". "Kami tidak menulis dengan genit, dengan mendayu-dayu. Tapi soal pemberdayaan perempuan," kata Gayatri berapi-api.

Tulisan yang mendayu-dayu itu, menurut Lisa, misalnya adalah soal perempuan yang termehek-mehek karena ditinggal pacarnya. Atau, perempuan yang tak berdaya karena diceraikan suaminya. Lisa memilih tema bagaimana perempuan mempunyai kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalannya. "Ini kisah perempuan yang tak biasa,” kata Gayatri. Ia sebelumnya bekerja di lembaga donor luar negeri.

Menurut penerbit, Olin Monteiro, proses pengumpulan para penulis tersebut berasal dari dari jaringan penulis perempuan. Mereka sudah terbiasa menulis, meski tak semuanya saling mengenal. Tujuh dari 10 perempuan yang menulis kumpulan cerpen tersebut adalah aktivis. Selain Lisa dan Gayatri, juga ada Valentina Sagala, Ni Putu Rastiti, dan Debra Yatim yang judul cerpennya menjadi judul buku, yakni "Hari-hari Salamander". "Kami percaya, cerita perempuan yang ditulis perempuan sendiri tidak akan pernah habis," kata Olin.

Sebelumnya, Penerbit Buku Perempuan juga pernah menerbitkan kumpulan cerpen. Yakni yang berjudul Tujuh Perempuan Urban. Olin berharap, rangkaian cerita dalam buku itu juga menjadi penanda bahwa dinamika keseharian perempuan menjadi inspirasi bagi diri sendiri maupun orang lain. "Semoga semakin banyak prosa-prosa perempuan yang ditulis bersama," kata Olin.
PITO AGUSTIN RUDIANA
 

Comments

Popular posts from this blog

Seharusnya "Kopi" Jadi Simbol Perlawanan

Di sebuah kedai kopi petang itu. Suasana begitu riuh  tatkala pengujung di salah satu deretan meja kedai itu tertawa lepas setelah berujar. Mungkin mereka sedang berbagi pengalaman, entalah: yang pasti mereka sekelompok orang dengan perawakan mapan dan kekinian tampak bahagia dengan segelas kopi. Ada canda, ada tawa, ada pula diskusi, mungkin  juga mereka sedang membicarakan bisnis. Kedai Kopi, kini jadi salah satu pilihan untuk nongkrong-menghabiskan waktu dan uang bahkan tempat para pembual.

Suku Betawi Yang Tersingkir dari Ibu Kota

Jakarta, lebih dekat dengan suku Betawi, karena mereka mengkalim dirinya sebagai suku asli. Sekitar pukul 07 pagi, saya bertemu dengan salah seorang tukang ojek yang mangkal di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tidak jauh dari kantor TEMPO. Mansyur, nama tukang ojek ini dan mengaku orang Betawi tulen. Pagi itu, saya ditugaskan untuk meliput acara Menteri Kelautan dan Perikanan, oleh Redaktur Ekonomi dan Bisnis, harian TEMPO. Karena saya baru di Jakarta, tentu saya bingung dimana alamat kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut.

Kolema, Holiwood Bau-Bau

Jika anda belum pernah melihat langsung Landamark Holliwood di Los Angeles, Amerika Seri, anda tak perlau jauh-jauh ke sana. Sebab, Landamark bergengsi dunia itu, anda bisa temui di Kota Baubau. Tulisan Baubau, yang memanjang di atas Bukit Kolema, benar-benar menyerupai tulisan Holliwood di Los Angeles-Amerika. Bukit Kolema terletak sekitar lima kilo meter arah Timur kota Bauabu dengan ketinggian sekitar  lebih dari  seratisan meter dari permukaan laut. Di puncak bukit itu dibangun pelataran gantung  (taman) dan satu tembok bertuliskan ”Baubau” sepanjang 30 meter dan tinggi 15 meter. Tulisan Baubau, terlihat jelas dari kejauhan, khusnya dilihat ketika anda berada di tengah laut. Dengan letak yang menghadap ke barat seakan menyambut kedatangan anda di kota Baubau yang semerbak Dahulu, taman gantung bukit Kolema hanya dikenal hanya beruap jurang yang curam dan ditumbuhi semak belukar, serta terkenal angker. Di lokasi ini juga sering terjadi kecelakaan yang diduga disebab